(Berita Daerah - Jawa) - Hamparan bukit hijau yang berada pada ketinggian 2.050 meter di atas permukaan laut itu dikenal dengan nama Dataran Tinggi Dieng.
Berbagai keindahan alam dan cagar budaya dapat dijumpai di dataran tinggi yang berada pada wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah, atau sekitar 55 kilometer timur laut Banjarnegara, tersebut.
Hal itu pula yang menjadikan Dataran Tinggi Dieng sebagai daerah tujuan wisata teramai kedua di Jawa Tengah setelah Candi Borobudur, Magelang.
Konon, nama Dieng berasal dari "Di-hyang" atau kahyangan. Pada tahun 809 Masehi, raja dari Kerajaan Mataram Kuno, Rake Warak Dyahwanara, memilih dataran tinggi itu sebagai tempat bersemedi dan bersuci.
Bukti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno di Dataran Tinggi Dieng berupa hamparan candi hindu, yakni kawasan Candi Arjuna, Candi Dwarawati, Candi Bima, dan Candi Gatotkaca.
Pada kawasan Candi Arjuna terdapat deretan lima candi, terdiri atas empat candi di sebelah timur dan menghadap barat, yakni Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra, serta di sebelah barat terdapat Candi Semar yang menghadap timur berhadapan dengan Candi Arjuna.
Selain hamparan candi, pada Dataran Tinggi Dieng banyak terdapat kawah aktif, di antaranya Kawah Sinila, Kawah Sikidang, dan Kawah Sileri, serta sejumlah telaga seperti Telaga Warna, Telaga Merdada, dan Telaga Balekambang yang baru saja dikeruk.
"Pengerukan Telaga Balekambang bukan ditujukan sebagai objek wisata air, tetapi hanya untuk melengkapi pesona wisata di komplek Candi Arjuna yang merupakan cagar budaya," kata Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjarnegara Hermanto, pertengah April.
Menurut dia, pengerukan Telaga Balekambang ditujukan untuk pengembangan objek wisata di kawasan Candi Arjuna dan hingga saat ini masih dilakukan penyempurnaan.
Mengenai rencana pengembangan kawasan wisata Dataran Tinggi Dieng, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjarnegara Agus Hermawan mengatakan, Kabupaten Banjarnegara berharap adanya campur tangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
"Saat ini, pengelolaan pariwisata Dieng dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dan Wonosono karena letaknya berada di dua wilayah. Namun sebagian besar daerah tujuan wisatanya berada di Banjarnegara," katanya.
Dia mengakui, wisatawan yang datang ke Dieng lebih banyak yang melalui Wonosobo karena akses jalannya lebih dekat dan kondisinya lebih bagus daripada melalui Karangkobar (Banjarnegara).
Meski demikian, menurut dia, hal itu tidak menjamin jumlah wisatawan yang datang akan terus meningkat.
Untuk itu, kata dia, Banjarnegara berharap Pemprov Jateng dapat merealisasikan akses jalan menuju Dieng dari arah pantai utara, melalui Kabupaten Batang, karena kondisi jalan di sana belum memadai.
Ia mengatakan, jalan melalui Batang dibuka dapat mempersingkat waktu perjalanan wisatawan dari arah Semarang maupun Jakarta.
"Kalau akses jalan melalui Batang dapat segera dibuka, wisatawan dari Jakarta atau Semarang dapat lebih cepat sampai karena tidak harus memutar. Bahkan, wisatawan mancanegara dapat datang melalui Semarang sehingga bisa lebih cepat sampai Dieng daripada lewat Yogyakarta," kata Agus menegaskan.
Dengan demikian, kata dia, jumlah wisatawan yang hendak menikmati keindahan panorama Dieng berikut cagar budaya berupa kawasan candi, akan meningkat.
Selain Dataran Tinggi Dieng, menurut Agus, pemerintah daerah Banjarnegara terus mengembangkan dua objek wisata andalannya, yakni Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas (TRMS) dan arung jeram Sungai Serayu.
TRMS berada di jantung kota Banjarnegara yang berada tak jauh dari kantor dinas kebudayaan dan pariwisata setempat.
Taman margasatwa ini mengoleksi lebih dari 100 jenis satwa dengan alokasi anggaran pemeliharaan dari Pemerintah Kabupaten Banjarnegara setiap tahunnya Rp650 juta.
Koleksi satwa di TRMS antara lain singa afrika, harimau benggala, gajah sumatera, buaya, orang utan, dan berbagai jenis burung serta kera.
Berdasarkan penilaian Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia, Serulingmas tergolong dalam kategori bagus dalam perawatan dan konservasi satwa.
Untuk lebih meningkatkan pelayanan, dinas kebudayaan dan pariwisata setempat berencana menggandeng pihak swasta dalam pengelolaannya.
"Berdasarkan studi banding kita ke beberapa daerah, industri pariwisata mereka maju setelah melibatkan pihak swasta. Untuk itu, kita berencana akan menggandeng pihak swasta untuk mengembangkan Serulingmas," kata Agus.
Dia mengharapkan, tahun ini penanganan Serulingmas oleh swasta dapat terealisasi, minimal dalam bentuk perusahaan daerah. Namun hal itu masih harus menunggu persetujuan DPRD Kabupaten Banjarnegara.
Mengenai pengembangan wisata arung jeram Sungai Serayu, Agus mengatakan, hal itu ditangani swasta dan masih terus dalam pengembangan sehingga mereka belum bisa mematok target yang harus dipenuhi.
Menurut dia, kondisi alur Sungai Serayu Banjarnegara oleh Federasi Arung Jeram Indonesia dinilai sangat bagus, dan mendapat "grade 3".
Kendati demikian, kata dia, keberadaannya belum didukung oleh fasilitas yang memadai seperti penginapan dan sebagainya.
"Kita terus berusaha mengembangkannya. Masak arung jeram kita yang dinilai sangat bagus dan mendapat `grade 3` kalah dengan Citarik," katanya.
Di samping terus berupaya mengembangkan tiga wisata andalannya, Banjarnegara tetap berusaha mempromosikan sejumlah objek wisata lainnya, seperti Curug Pitu dan Waduk Mrica.
Curug Pitu yang berada sekitar 10 kilometer arah timur Banjarnegara merupakan sebuah air terjun dengan tujuh tingkat.
Tempat itu telah dilengkapi dengan gardu pandang, bumi perkemahan, dan fasilitas pendukung lainnya. Wisatawan yang datang ke Curug Pitu dapat menikmati kegiatan agrowisata salak pondoh.
Waduk Mrica merupakan waduk terpanjang di Asia Tenggara yang membendung Sungai Serayu. Selain dimanfaatkan untuk pariwisata, waduk itu digunakan sebagai PLTA Panglima Besar Soedirman dengan kapasitas listrik 184,5 megawatt.
Wisata yang ditawarkan di Waduk Mrica antara lain berperahu mengelilingi waduk, olah raga dayung, dan memancing.
Tempat itu juga dilengkapi arena permainan anak-anak, panggung terbuka, dan padang golf dengan delapan "hole".
Setelah dimanjakan dengan berbagai pesona wisata yang ditawarkan Banjarnegara, wisatawan dapat berburu cinderamata untuk dibawa pulang.
Salah satu sentra kerajinan Banjarnegara berada di Desa Klampok, Kecamatan Purwareja, yang menghasilkan berbagai jenis keramik.
Ada juga sentra batik tulis di Desa Gumelem, Kecamatan Susukan, kerajinan batu alam di Kecamatan Kalibening, dan kerajinan bambu di Kecamatan Sigaluh, Pagentan, serta Mandiraja.
Untuk wisata kuliner berupa jenang salak di Kecamatan Madukara, salak pondoh di Kecamatan Sigaluh, keripik kentang di Kecamatan Batur, dan berbagai makanan lain yang tersebar di hampir seluruh wilayah Banjarnegara.
Sebelum meninggalkan Banjarnegara, jangan lupa menikmati kesegaran "dawet ayu", minuman asli khas Banjarnegara.
Dawet ayu memiliki cita rasa perpaduan cendol beraroma pandan serta santan yang dipadu dengan gula aren dan durian.
COPAS dari : www.beritadaerah.com tgl 20 April 2009
Berbagai keindahan alam dan cagar budaya dapat dijumpai di dataran tinggi yang berada pada wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah, atau sekitar 55 kilometer timur laut Banjarnegara, tersebut.
Hal itu pula yang menjadikan Dataran Tinggi Dieng sebagai daerah tujuan wisata teramai kedua di Jawa Tengah setelah Candi Borobudur, Magelang.
Konon, nama Dieng berasal dari "Di-hyang" atau kahyangan. Pada tahun 809 Masehi, raja dari Kerajaan Mataram Kuno, Rake Warak Dyahwanara, memilih dataran tinggi itu sebagai tempat bersemedi dan bersuci.
Bukti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno di Dataran Tinggi Dieng berupa hamparan candi hindu, yakni kawasan Candi Arjuna, Candi Dwarawati, Candi Bima, dan Candi Gatotkaca.
Pada kawasan Candi Arjuna terdapat deretan lima candi, terdiri atas empat candi di sebelah timur dan menghadap barat, yakni Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra, serta di sebelah barat terdapat Candi Semar yang menghadap timur berhadapan dengan Candi Arjuna.
Selain hamparan candi, pada Dataran Tinggi Dieng banyak terdapat kawah aktif, di antaranya Kawah Sinila, Kawah Sikidang, dan Kawah Sileri, serta sejumlah telaga seperti Telaga Warna, Telaga Merdada, dan Telaga Balekambang yang baru saja dikeruk.
"Pengerukan Telaga Balekambang bukan ditujukan sebagai objek wisata air, tetapi hanya untuk melengkapi pesona wisata di komplek Candi Arjuna yang merupakan cagar budaya," kata Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjarnegara Hermanto, pertengah April.
Menurut dia, pengerukan Telaga Balekambang ditujukan untuk pengembangan objek wisata di kawasan Candi Arjuna dan hingga saat ini masih dilakukan penyempurnaan.
Mengenai rencana pengembangan kawasan wisata Dataran Tinggi Dieng, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjarnegara Agus Hermawan mengatakan, Kabupaten Banjarnegara berharap adanya campur tangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
"Saat ini, pengelolaan pariwisata Dieng dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dan Wonosono karena letaknya berada di dua wilayah. Namun sebagian besar daerah tujuan wisatanya berada di Banjarnegara," katanya.
Dia mengakui, wisatawan yang datang ke Dieng lebih banyak yang melalui Wonosobo karena akses jalannya lebih dekat dan kondisinya lebih bagus daripada melalui Karangkobar (Banjarnegara).
Meski demikian, menurut dia, hal itu tidak menjamin jumlah wisatawan yang datang akan terus meningkat.
Untuk itu, kata dia, Banjarnegara berharap Pemprov Jateng dapat merealisasikan akses jalan menuju Dieng dari arah pantai utara, melalui Kabupaten Batang, karena kondisi jalan di sana belum memadai.
Ia mengatakan, jalan melalui Batang dibuka dapat mempersingkat waktu perjalanan wisatawan dari arah Semarang maupun Jakarta.
"Kalau akses jalan melalui Batang dapat segera dibuka, wisatawan dari Jakarta atau Semarang dapat lebih cepat sampai karena tidak harus memutar. Bahkan, wisatawan mancanegara dapat datang melalui Semarang sehingga bisa lebih cepat sampai Dieng daripada lewat Yogyakarta," kata Agus menegaskan.
Dengan demikian, kata dia, jumlah wisatawan yang hendak menikmati keindahan panorama Dieng berikut cagar budaya berupa kawasan candi, akan meningkat.
Selain Dataran Tinggi Dieng, menurut Agus, pemerintah daerah Banjarnegara terus mengembangkan dua objek wisata andalannya, yakni Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas (TRMS) dan arung jeram Sungai Serayu.
TRMS berada di jantung kota Banjarnegara yang berada tak jauh dari kantor dinas kebudayaan dan pariwisata setempat.
Taman margasatwa ini mengoleksi lebih dari 100 jenis satwa dengan alokasi anggaran pemeliharaan dari Pemerintah Kabupaten Banjarnegara setiap tahunnya Rp650 juta.
Koleksi satwa di TRMS antara lain singa afrika, harimau benggala, gajah sumatera, buaya, orang utan, dan berbagai jenis burung serta kera.
Berdasarkan penilaian Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia, Serulingmas tergolong dalam kategori bagus dalam perawatan dan konservasi satwa.
Untuk lebih meningkatkan pelayanan, dinas kebudayaan dan pariwisata setempat berencana menggandeng pihak swasta dalam pengelolaannya.
"Berdasarkan studi banding kita ke beberapa daerah, industri pariwisata mereka maju setelah melibatkan pihak swasta. Untuk itu, kita berencana akan menggandeng pihak swasta untuk mengembangkan Serulingmas," kata Agus.
Dia mengharapkan, tahun ini penanganan Serulingmas oleh swasta dapat terealisasi, minimal dalam bentuk perusahaan daerah. Namun hal itu masih harus menunggu persetujuan DPRD Kabupaten Banjarnegara.
Mengenai pengembangan wisata arung jeram Sungai Serayu, Agus mengatakan, hal itu ditangani swasta dan masih terus dalam pengembangan sehingga mereka belum bisa mematok target yang harus dipenuhi.
Menurut dia, kondisi alur Sungai Serayu Banjarnegara oleh Federasi Arung Jeram Indonesia dinilai sangat bagus, dan mendapat "grade 3".
Kendati demikian, kata dia, keberadaannya belum didukung oleh fasilitas yang memadai seperti penginapan dan sebagainya.
"Kita terus berusaha mengembangkannya. Masak arung jeram kita yang dinilai sangat bagus dan mendapat `grade 3` kalah dengan Citarik," katanya.
Di samping terus berupaya mengembangkan tiga wisata andalannya, Banjarnegara tetap berusaha mempromosikan sejumlah objek wisata lainnya, seperti Curug Pitu dan Waduk Mrica.
Curug Pitu yang berada sekitar 10 kilometer arah timur Banjarnegara merupakan sebuah air terjun dengan tujuh tingkat.
Tempat itu telah dilengkapi dengan gardu pandang, bumi perkemahan, dan fasilitas pendukung lainnya. Wisatawan yang datang ke Curug Pitu dapat menikmati kegiatan agrowisata salak pondoh.
Waduk Mrica merupakan waduk terpanjang di Asia Tenggara yang membendung Sungai Serayu. Selain dimanfaatkan untuk pariwisata, waduk itu digunakan sebagai PLTA Panglima Besar Soedirman dengan kapasitas listrik 184,5 megawatt.
Wisata yang ditawarkan di Waduk Mrica antara lain berperahu mengelilingi waduk, olah raga dayung, dan memancing.
Tempat itu juga dilengkapi arena permainan anak-anak, panggung terbuka, dan padang golf dengan delapan "hole".
Setelah dimanjakan dengan berbagai pesona wisata yang ditawarkan Banjarnegara, wisatawan dapat berburu cinderamata untuk dibawa pulang.
Salah satu sentra kerajinan Banjarnegara berada di Desa Klampok, Kecamatan Purwareja, yang menghasilkan berbagai jenis keramik.
Ada juga sentra batik tulis di Desa Gumelem, Kecamatan Susukan, kerajinan batu alam di Kecamatan Kalibening, dan kerajinan bambu di Kecamatan Sigaluh, Pagentan, serta Mandiraja.
Untuk wisata kuliner berupa jenang salak di Kecamatan Madukara, salak pondoh di Kecamatan Sigaluh, keripik kentang di Kecamatan Batur, dan berbagai makanan lain yang tersebar di hampir seluruh wilayah Banjarnegara.
Sebelum meninggalkan Banjarnegara, jangan lupa menikmati kesegaran "dawet ayu", minuman asli khas Banjarnegara.
Dawet ayu memiliki cita rasa perpaduan cendol beraroma pandan serta santan yang dipadu dengan gula aren dan durian.
COPAS dari : www.beritadaerah.com tgl 20 April 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar